The Power of Giving, aku membuktikannya
The Power of Giving |
Hai, assalamu'alaikum! Setelah membaca salah satu status di timeline media sosialku, entah kenapa ada energi untuk menuliskan hal yang serupa. Cerita yang benar-benar sederhana, bahkan mungkin dianggap sangat gak penting bagi sebagian orang. Yuk, lanjut!
Suatu ketika, aku diberi kesempatan menjadi bagian dari kepanitian acara yang berbau islami. Hari pelaksanaan benar-benar sedang di depan mata kali itu, sebutlah H-10.
"Name-tag panitia sudah jadi kan?", kata nahkoda kami
"Sudah. Tinggal nanti dibagikan pas hari H ya", jawab koordinator divisi dokumentasi
"Kita pakai dresscode gak pas acara? biar gak ketuker mana panitia mana peserta", usul salah satu dari kami
"Boleh. Tapi kalau nyamain warna mah susah"
"Ah, gak usah lah. Kan sudah ada name-tag juga"
"Iya sih. Yaudah dresscodenya gamis aja, warnanya mah terserah"
"Yang gak punya gamis gimana?"
"Ya beli. Gak deh, becanda. Pinjem aja ke yang punya banyak ya"
Aku tidak terlalu hafal persis bagaimana redaksinya, namun kira-kira seperti itu percakapan kami. Skip ya.
Aku bukan orang yang benar-benar sholihah. Pakaianku hanya sebatas kaos/atasan, rok, kerudung segitiga paris yang didobel agar tidak terlalu terawang dan menutup dada. Ya, lemariku hanya sebatas itu isinya. Gamis? mana punya. Bahkan aku baru tahu kewajiban menutup aurat pun satu tahun terakhir ini.
Sepulangnya aku dari rapat rutin kepanitiaan, aku merenung mau pakai apa aku nanti. Beli? Ah, uangku saja baru kuhabiskan untuk keperluan yang lain. Pinjam? Masa pinjam? Ah, tidaklah. Mengemis depan orang tua? dengan waktu yang mepet gini? Ah, aku tidak yakin. Aku bukanlah anak semata wayang dari orang tua yang punya segalanya. Mengumpulkan uang jajan? dalam waktu kurang dari dua minggu? Ah, lebih tidak mungkin lagi. Uang jajanku saat itu hanya 10 ribu, kalau dikali 7 hari (karena weekend aku tidak dapat uang jajan) hanya dapat 70 ribu. Itu pun kalau aku kuat tidak jajan dan makan siang. 70 ribu untuk gamis, mana dapat.
Aku tidak terlalu ingat sebenarnya setelah ini. Yang persis aku ingat, aku mulai terngiang dengan ceramah salah satu ustadz yang terkenal dengan sedekahnya. Ya, aku teringat bahwa ketika kita bersedekah, Allah akan memberikan 10 - 700 kali lipat dari yang kita sedekahkan. Kepala ini mengangguk tanpa sadar. Ini solusinya, aku akan mengumpulkan uang jajanku, tapi tidak di celengan ataupun dompetku, aku akan mengumpulkannya kepada Allah. Aku tidak terlalu ngoyok mengumpulkan uangnya, sebisa mungkin aku mengumpulkan minimal 5 ribu dalam sehari, karena aku masih butuh uang untuk mengenyangkan perutku ini.
Jarum jam tiada pernah berhenti, pelaksanaan acara pun semakin dekat. H-7, belum ada tanda-tanda bahwa aku akan mendapatkan apa yang aku minta. Ah, memang, aku ini tidak sabaran, padahal baru berapa rupiah yang kukumpulkan. Sore itu, setelah ibuku pulang kerja, duduk dan bercerita kepadaku.
"Tadi Ibu baru abis ke toko muslimah. Bapak pengen beli gamis buat kamu, tapi kemahalan", ulas ibuku
"Emang bagus gitu gamisnya?"
"Bagus sih, cuman gak cocok buat santai kayaknya, terlalu 'wah' gimana gitu"
"Yaudah cari aja yang murah, gak usah terkenal, yang penting kan bisa dipakai"
"Yaudah nanti pas ulang tahun aja ya"
Wah, dari mana angin segar ini berasal Ya Rabb? Cie, sudah dikode sama Yang Maha Kaya. Makin semangat deh akunya. Yap, aku baru inget kalau acaranya bertepatan dengan hari ulang tahunku. Tapi kalau mengharapkan kado gamis dari ibu, ya sama saja tidak bisa dipakai pas acara. Aku perkuat lagi tekat mengumpulkan uangnya dan dhuhanya.
H-5, aku menanyakan kembali niat baik ibuku untuk membelikan gamis buatku. Aku juga bercerita tentang acara ini. Tapi, ya, nihil. Ada keperluan yang lebih prioritas dibanding gamis. Ah, rasanya aku menyerah. Aku nangis sejadi-jadinya ke Allah. Terserah Allah sajalah sekarang, itu pikirku. Aku pun sudah mengiyakan kalau pun keputusan akhirnya adalah aku harus meminjam gamis milik temanku. Ya, aku harus menghapus gengsiku atau aku akan tampil berbeda dari panitia lainnya.
H-3 pelaksanaan acara.
"Ada titipan dari temen ibu di tas ibu, katanya buat kamu"
"Titipan apa?"
"Gamis. Katanya gamisnya kekecilan di dia, jadi buat kamu aja"
Alhamdulillah. Rabb Yang Maha Kaya, sekarang aku percaya bahwa tidak ada yang miskin dengan bersedekah, bahwa sedekah merupakan salah satu cara untuk memperlancar urusan kita, bahwa ketika kita berjalan mendekati Engkau, Engkau akan berlari menuju kami. Tibanya hari H, aku menggunakan gamis sederhana nan manis itu.
Sederhana sekali. Tapi cerita ini berhasil buat aku menangis dan bersyukur tiada henti. Cerita yang selalu ingetin aku tentang sedekah. Cerita yang bikin aku semangat lagi buat percaya sama Allah kalau sedang drop. Cerita yang selalu ingatin aku kalau Allah punya segalanya. Mungkin hanya sebuah kebetulan. Kebetulan di saat butuh kan tetap nikmat yaa..
***
Menurut Ustadz Yusuf Mansur dalam bukunya The Power of Giving, sedekah tidak hanya untuk mensucikan harta, tetapi juga dapat menghapus dosa, memperoleh ampunan Allah, mendapatkan ridha dan kasih sayang dari Allah, memperoleh bantuan dari Allah, dan memakbulkan doa - doa. Ia menuliskan konsepnya sebagai 'matematika sedekah'.
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah : 261)
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah : 261)
Comments